Menjadi satu pertanyaan yang lucu ketika melihat beberapa kali tim Indonesia entah itu All Star atau Timnas melawan Timnas atau club sepakbola negara lain, banyak orang lokal yang justru 'membelot' membela tim lain.
Entah sudah beberapa kali timnas Indonesia bertanding dengan label friendly match melawan tim raksasa Eropa. Ada yang tim nasional ada pula yang club dari suatu liga.
Namun, satu hal yang patut dicermati, dari banyaknya orang yang memadatai Gelora Bung karo, kira-kira hanya berapa persen yang dukung tim nasional Indonesia?
Mulai dari ketika tim nasional Belanda datang ke negeri ini, banyak kompeni-kompeni lokal yang mendukung oranje team melawan timnas Indonesia sendiri.
Tidak sedikit yang bersorak ketika gawang timans Indonesia dibobol oleh penyerang-penyerang Belanda. Hal tersebut berlanjut ketika tim-tim dari liga luar bertanding dengan pesepakbola pilihan dari Indonesia.
Mungkin salah satu peredam malu, maka pihak Indonesia menyebutnya sebagai Indonesia All-Star bukan Timnas.Dari pertandingan tersebut kembali banyak pendukung dari tim luar dan merayakan kemenangannya atas timnas negeri sendiri.
Memalukan? Well .. I wont say that. Akan banyak opini dan segala hal tentang menumpuknya dukungan terhadap tim luar daripada tim nasional Indonesia.
Pertama, posisi timnas Indonesia tidak menunjukkan peningkatan dan ekosistem sepakbola di negara ini semakin carut marut gak karuan. Kedua, karena tidak ada harapan bagi timnas Indonesia untuk dapat bersaing bahkan hanya untuk lingkup Asia, maka lebih baik dukung tim luar yang sudah jelas spirit perjuangannya.
Ketiga, dengan seringnya tayangan-tayangan sepakbola baik timnas atau klub luar, menjadikan rasa cinta kepada tim-tim tersebut semakin terpupuk subur.
Bahkan ketika bertanding melawan Liverpool kemarin, tim asal jazirah Inggris ini seakan main di kandang sendiri karena banyaknya Liverpudlian lokal yang berdatangan dan berikan dukungan.
Dibandingkan dengan pendukung timnas sendiri, tentunya lebih semarak dan lebih atraktif pendungkung Liverpool. Mereka datang dengan segala spirit perlengkapan seperti flare, giant flag, banner dan lain-lain untuk mendukung The Reds.
Bahkan kejadian seperti ini mendapatkan sorotan forum Ultras luar negeri. Mereka mengatakan bahwa, "Tidak masalah bagi mereka yang mendeklarasikan diri sebagai Glory Hunter untuk mendukung club-club berkelas di dunia, namun ketika club itu bertandang dan bertanding melawan tim nasional yang membawa nama negara, dukung tim kalian! Jangan dukung tim luar!"
Dari sisi panitia pertandingan sih, mungkin, tidak masalah, tidak mempermasalahkan dan tidak mau tahu akan hal tersebut. Yang penting ada pemasukan, beres perkara.
Secara tidak sadar, akhirnya orang Indonesia hanya dijadikan sarana pendulang keuntungan. Dengan pemikiran, mendatangkan tim atau club luar yang berkualitas dan memiliki banyak pendukung, pasti akan mengundang banyak orang. Dengan banyaknya orang yang datang, maka keuntungan juga semakin besar.
Namun, apa untungnya bagi timnas pada khususnya dan Indonesia pada umumnya? Gak ada sama sekali. Yang ada hanyalah justru memalukan karena pertandingan tersebut menandakan bahwa kualitas timnas Indonesia hanyalah sebatas itu.
Bahkan ada pemikiran dengan bermain di Indonesia gak bakalan kalah. Hal itu dapat dipakai sebagai ajang menguji strategi dan pemain baru bagi tim atau club lain bukan benar-benar ingin mencoba ketangguhan timnas Indonesia.
Selain akan memunculkan sisi malu karena timnas selalu kalah, dukungan supporter terhadap tim atau club lain lebih menambah tercorengnya wajah sendiri di kandang sendiri.
Memang akan ada pemikiran seperti "Pertandingan kemarin adalah sebuah hiburan yang bernama sepakbola, beda dengan nasionalisme?" WTF! hello, yang main siapa, yang kalah siapa, main di mana?
Sekali lagi mate, kalau yang main club vs club terserah mau dukung siapa, at least dukunglah tim nasional sendiri apapun keadaannya, karena mereka membawa nama negara, bukan nama perseorangan atau kelompok.
Support your local team mate!
0 komentar:
Posting Komentar